Ilmu Tharikat dan baiat ilmu



Perkataan tarikat dalam istilah tasawuf artinya wadah tempat men-didik dan melatih (salikin) para salik. Komponen-komponen tarikat terdiri dari :-

(1) Guru tarikat atau guru rohani yang disebut mursyid atau syekh. Kualitas seorang syekh harus memiliki ilmu syariat dan hakikat secara lengkap. Pemikirannya dan tutur katanya serta perilakunya dalam banyak hal harus mencerminkan akhlak yang terpuji.

(2) Salik atau murid tarikat.

(3) Suluk, yaitu amalan dan wirid atau perbuatan yang harus dikerjakan oleh salik berdasarkan perintah syekh.

(4) Zawiyah, yaitu majlis, tempat para salik mengamal-kan suluk.

Disamping itu ada satu syarat yang harus dipenuhi oleh kandidat salik, yaitu baiat antara dia dan syekh. Baiat itu sendiri ada dua macam, yaitu:

Baiat suwariyah, yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yang hanya sekedar ia mengakui bahwa syekh yang membaiatnya ialah gurunya tempat ia berkonsultasi, dan syekh itu pun mengakui, orang tersebut adalah muridnya. Ia tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menetap tinggal dalam zawiyah tarikat itu untuk terus-menerus bersuluk atau berzikir. Ia boleh tinggal dirumahnya dan bekerja sehari-hari sesuai dengan tugasnya. Ia sekadar mengamalkan wirid yang diberikan oleh gurunya itu pada malam-malam tertentu dan ber-tawasul kepada gurunya itu. Ia dan keluarganya bersilaturrahmi kepada gurunya itu sewaktu-waktu pula. Apabila ia memperoleh kesulitan dalam hidup ini, ia berkonsultasi dengan gurunya itu pula.


Baiat maknawiyah,
yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yang bersedia untuk dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif billah. Kesediaan salik untuk dididik menjadi sufi itu pun sudah barang tentu berdasarkan pengamatan dan keputusan guru tarikat itu. Salik yang masuk tarikat melalui baiat yang demikian harus meninggalkan anak-istri dan tugas keduniaan. Ia berkhalwat dalam zawiyah tarikat di dalam penegelolaan syekhnya.Khalwat ini bisa berlangsung selama beberapa tahun bahkan belasan tahun.

Muhammad ibn Abdillah yang kemudian menjadi khatamul-anbiya wal-mursalin berkhalwat di Gua Hira selama 20 tahun (menurut para sufi). Ia berhenti berkhalwat sesudah ia mencapai tingkat hakikat dan ma’rifat. Untuk menghindari agar kita tidak terjerumus dalam kubangan kesesatan, maka kita perlu berhati-hati dalam menilai dan mengikuti ajaran tasawuf agar tidak salah jalan. Nasihat pakar sufi modern, Dr. Abdurrahman Badawi dalam bukunya Tarikh Tasawuf Islami, menyebutkan bahwa titik tolak tasawuf itu ada tiga macam ;

1. Berdasarkan Alquran dan sunah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta salaf saleh secara benar, bukan sekedar pengakuan.

2. Berdasarkan penafsiran pe-nafsiran manusiawi yang tidak jarang menyimpang.

3. Berdasarkan kecenderungan pribadi terlepas dari ajaran Islam. Tentunya kita mengikuti yang pertama, meskipun lebih baik kita menggunakan istilah Alquran, yaitu “tazkiyah” (lihat Qs. As-Syam: 9 dan Al-Jumu’ah:

Intinya agar kita zuhud dan wara’ dari kemewahan dunia dan bersungguh-sungguh mencapai kenikmatan akhirat.

Hal itu dengan cara mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perbuatan, ucapan, ataupun persetujuannya, karena petunjuk beliau adalah sebaik-baik petunjuk dan ajaran beliau telah sempurna (lihat Qs. Al-Maidah: 3).

Sekian, wallahu a’lam.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

5 Responses to Ilmu Tharikat dan baiat ilmu

  1. kolom hukum berkata:

    sangat menambah ilmu tentang tasawuf gan,, makasih ilmu yg telah dibagikan,,

  2. lie terbit berkata:

    menambah pembedaharaan ttg thorekot trims jd bisa prbndingan mna baik n tdk baik

  3. gugun berkata:

    maha besar alloh dengan semua ilmunya….semua itu ada d diri kita ( barang siapa yang mengenal dirinya niscaya bakal kenal sang penciptanya ) jangan pernah jauh dari dirinya dalam mencari ilmu kalau jauh dari dirinya tersesatlah org trsbt…….semoga qt termasuk orang2 pilihan alloh SWT….amin

  4. Gusti salmani. berkata:

    Man Arafanafsahu Faqad Arrafa rrabbahu.

  5. Abdul Qadir berkata:

    berhati-hatilah dalam mempelajari sesuatu yang tidak berdasar sunnah…syariat, tarikat, hakikat dan marifatullah…Hiduplah dengan 2 arah, ada malam ada siang, ada hidup ada mati, ada tidur ada bangun…ada dunia ada akhirat….jadi keduanya wajib seimbang dijalani sehari2…karena keduanya akan diminta pertanggung jawabnya..diakhirat kelak…semoga dipahami Amin…!!!
    Abdul Qadir

Tinggalkan komen