Jenis Tarekat



Jumlah Tarekat sangat banyak, akan tetapi yang memiliki jemaah yang cukup ramai dan tersebar luas di banyak negara di seluruh dunia sampai kini ada tujuh, yaitu:

1. Tarekat Khalawatiyah

2. Tarekat Naksyabandiyah

3. Tarekat Qadiriyah

4. Tarekat Rifa’yah

5. Tarekat Sammaniyah

6. Tarekat Syaziliyah

7. Tarekat Tijaniyah

1. Tarekat Khalawatiyah

Cabang dari Tarekat Aqidah Suhrardiyah yang didirikan di Baghdat oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi. Mereka menamakan diri golongan Siddiqiyah karena mengklaim sebagai keturunan kahlifah Abu Bakar r.a. Khalawatiyah ini didirikan di Khurasan oleh Zahiruddin dan berhasil berkembang sampai ke Turki. Tidak mengherankan jika Tarekat Khalawatiyah ini banyak cabangnya antara lain; Tarekat Dhaifiyah di Mesir dan di Somalia dengan nama Salihiyah.

Tarekat Khalawatiyah ini membagi manusia menjadi tujuh tingkatan:

a. Manusia yang berada dalam nafsul ammarah
Mereka yang jahil, kikir, angkuh, sombong, pemarah, gemar kepada kejahatan, dipengaruhi syahwat dan sifat-sifat tercela lainnya. Mereka ini bisa membebaskan diri dari semua sifat-sifat tidak terpuji tersebut dengan jalan memperbanyak zikir kepada Allah SWT dan mengurangi makan-minum.
Maqam mereka adalah aghyar, artinya kegelap-gulitaan.

b. Manusia yang berada dalam nafsul lawwamah
Mereka yang gemar dalam mujahaddah (meninggalkan perbuatan buruk) dan berbuat saleh, namun masih suka bermegah-megahan dan suka pamer. Cara untuk melenyapkan sifat-sifat buruk tersebut adalah mengurangi makan-minum, mengurangi tidur, mengurangi bicara, sering menyendiri dan memperbanyak zikir serta berpikir yang baik-baik.
Maqam mereka adalah anwar, artinya cahaya yang bersinar.

c. Manusia yang berada dalam nafsul mulhamah
Mereka yang kuat mujahaddah dan tajrid, karena ia telah menemui isyarat-isyarat tauhid, namun belum mampu melepaskan diri dari hukum-hukum manusia. Cara untuk melepaskan kekurangannya adalah dengan jalan menyibukkan batinnya dalam Hakikat Iman dan menyibukkan diri dalam Syari’at Islam.
Maqam mereka adalah kamal, artinya kesempurnaan.

d. Manusia yang berada dalam nafsul muthma’innah
Mereka yang tidak sedikit pun meninggalkan ajaran Islam, mereka merasa nyaman jika berakhlak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan merasa belum tentram hatinya jika belum mengikuti petunjuk dan sabda Beliau.
Manusia seperti ini sangat menyenangkan siapa pun yang melihatnya dan mengajaknya berbicara.

e. Manusia yang berada dalam nafsul radhiyah
Mereka yang sudah tidak menggantungkan diri kepada sesama manusia, melainkan hanya kepada Allah SWT. Mereka umumnya sudah melepaskan sifat-sifat manusia biasa.
Maqam mereka adalah wisal, artinya sampai dan berhubungan.

f. Manusia yang berada dalam nafsul mardhiyah
Mereka yang telah berhasil meleburkan dirinya ke dalam kecintaan khalik dan khalak, tidak ada penyelewengan dalam syuhudnya. Ia menepati segala janji Tuhan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
Maqam mereka adalah tajalli af’al, artinya kelihatan Tuhan.

g. Manusia yang berada dalam nafsul kamillah
Mereka yang dalam beribadah menyertakan badannya, lidahnya, hatinya dan anggota-anggota tubuhnya yang lain. Mereka ini banyak beristighfar, banyak ber-tawadhu’ (rendah hati atau tidak suka menyombongkan diri). Kesenangan dan kegemarannya adalah dalam tawajjuh khalak.
Maqam mereka adalah tajalli sifat, artinya tampak nyata segala sifat Tuhan.

2. Tarekat Naksyabandiyah

Pendiri Tarekat Naksyabandiyah ialah Muhammad bin Baha’uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan, beberapa kilometer dari Bukhara. Pendiri Tarekat Naksyabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata ‘Uwais’ ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi.

Tarekat Naksyabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan.

Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Tarekat ini, yaitu:

a. Tobat

b. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya)

c. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja)

d. Taqwa

e. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT)

f. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah)

Hukum yang dijadikan pegangan dalam Tarekat Naksyabandiyah ini juga ada enam, yaitu:

a. Zikir

b. Meninggalkan hawa nafsu

c. Meninggalkan kesenangan duniawi

d. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh

e. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT

f. Mengerjakan amal kebaikan

3. Tarekat Qadiriyah

Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Sebagaimana Tarekat yang lain, Qadiriyah juga memiliki dan mengamalkan zikir dan wirid tertentu.

Sejak kecil, Syeikh Abdul Qadir telah menunjukkan tanda-tanda sebagai Waliyullah yang besar. Ia adalah anak yang sangat berbakti pada orang tua, jujur, gemar belajar dan beramal serta menyayangi fakir miskin dan selalu menjauhi hal0hal yang bersifat maksiat. Ia memang lahir dan dididik dalam keluarga yang taat karena ibunya yang bernama Fatimah dan kakeknya Abdullah Sum’i adalah wali Allah SWT.

Syeikh Abdul Qadir Jailani dikaruniai oleh Allah SWT keramat sejak masih muda, sekitar usia 18 tahun. Dikisahkan dalam manaqib (biografi) beliau bahwa ketika ia akan membajak sawah, sapi yang menarik bajak mengatakan kepadanya, “Engkau dilahirkan ke dunia bukan untuk kerja begini.” Peristiwa yang mengejutkan ini mendorongnya untuk bergegas pulang. Ketika ia naik ke aatas atap rumah, mata batinnya melihat dengan jelas suatu majelis yang sangat besar di Padang Arafah. Setelah itu ia memohojn kepada ibunya agar membaktikan dirinya kepada Allah SWT dan berkenan mengirimkannya ke kota Baghdad yang kala itu menjadi pusat ilmu pengetahuan yang terkenal bagi kaum muslimin. Dengan sangat berat hati ibunya pun mengabulkannya.

Suatu hari bergabunglah Abdul Qadir Jailani dengan kafilah yang menuju Baghdad. Ketika hampir sampai di tujuan, kafilah ini dikepung oleh sekawanan perampok. Semua harta benda milik kafilah dirampas, kecuali bekal yang dibawa oleh Abdul Qadir Jailani. Salah seorang kawanan perampok kemudian mendatanginya dan bertanya, “Apa yang engkau bawa?” Dengan jujur Abdul Qadir Jailani menjawab, “Uang empat puluh dinar.”

Perampok itu membawa Abdul Qadir Jailani menghadap pimpinannya dan menceritakan tentang uang empat puluh dinar. Pemimpin perampok itu pun segera meminta uang yang empat puluh dinar tadi, namun ia merasa terpesona oleh kepribadian Abdul Qadir Jailani. “Mengapa engkau berkata jujur tentang uang ini?” Dengan tenang Abdul Qadir Jailani, “Saya telah berjanji kepada ibu untuk tidak berbohong kepada siapapun dan dalam keadaan apapun.

Seketika pemimpin perampok tersebut terperangah, sejenak kemudian ia menangis dan menyesali segala perbuatan zalimnya. “Mengapa saya berani terus-menerus melanggar peraturan Tuhan, sedangkan pemuda ini melanggar janji pada ibunya sendiri saja tidak berani.” Ia kemudian memerintahkan semua barang rampasan kepada pemiliknya masing-masing dan sejak itu berjanji untuk mencari rezeki dengan jalan yang halal.

Semasa Abdul Qadir Jailani masih hidup, Tarekat Qadiriyah sudah berkembang ke beberapa penjuru dunia, antara lain ke Yaman yang disiarkan oleh Ali bin Al-Haddad, di Syiria oleh Muhammad Batha’, di Mesir oleh Muhammad bin Abdus Samad serta di Maroko, Turkestan dan India yang dilakukan oleh anak-anaknya sendiri. Mereka sangat berjasa dalam menyempurnakan Tarekat Qadiriyah. Mereka pula yang menjadikan tarekat ini sebagai gerakan yang mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk keperluan amal sosial.

4. Tarekat Rifa’yah

Pendirinya Tarekat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Batha’ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi’i. Dalam usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.

Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam.

5. Tarekat Sammaniyah

Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan Syeikh Muhammad Saman, seorang guru masyhur yang mengajarkan Tarekat di Madinah. Banyak orang Indonesia terutama dari Aceh yang pergi ke sana mengikuti pengajarannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika Tarekat ini tersebar luas di Aceh dan terkenal dengan nama Tarekat Sammaniyah.

Sebagaimana guru-guru besar Tasawuf, Syeikh Muhammad Saman terkenal akan kesalehan, kezuhudan dan kekeramatannya. Salah satu keramatnya adalah ketika Abdullah Al-Basri – karena melakukan kesalahan – dipenjarakan di Mekkah dengan kaki dan leher di rantai. Dalam keadaan yang tersiksa, Al-Basri menyebut nama Syeikh Muhammad Saman tiga kali, seketika terlepaslah rantai yang melilitnya. Kepada seorang murid Syeikh Muhammad Saman yang melihat kejadian tersebut, Al-Basri menceritakan, “kulihat Syeikh Muhammad Saman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus.”

Perihal awal kegiatan Syeikh Muhammad Saman dalam Tarekat dan Hakikat, menurut Kitab Manaqib Tuan Syeikh Muhammad Saman, adalah sejak pertemuannya dengan Syeikh Abdul Qadir Jailani. Kisahnya, di suatu ketika Syeikh Muhammad Saman berkhalwat (bertapa) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datang Syeikh Abdul Qadir Jailani membawakan pakaian jubah putih. “Ini pakaian yang cocok untukmu.” Ia kemudian memerintahkan Syeikh Muhammad Saman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya. Konon semula Syeikh Muhammad Saman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah SAW menyebarkannya dalam kota Madinah.

Tarekat Sammaniyah juga mewiridkan bacaan zikir yang biasanya dilakukan secara bersama-sama pada Malam Jum’at di masjid-masjid atau mushalla sampai jauh tengah malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh Syeikh Muhammad Saman yang diikuti oleh murid-muridnya sebagai Tarekat antara lain adalah shalat sunnah Asyraq dua raka’at, shalat sunnah Dhuha dua belas raka’at, memperbanyak riadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT) dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.

6. Tarekat Syaziliyah

Pendiri Tarekat Syaziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Tentang arti kata “Syazili” pada namanya yang banyak dipertanyakan orang kepadanya, konon ia pernah menanyakannya kepada Tuhan dan Tuhan pun memberikan jawaban, “Ya Ali, Aku tidak memberimu nama Syazili, melainkan Syazz yang berarti jarang karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku.

Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Apalagi setelah ia berguru pada dua ulama besar – Abu Abdullah bin Harazima dan Abdullah Abdussalam ibn Masjisy – yang sangat meneladani khalifah Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib.

Dalam jajaran sufi, Ali Syazili dianggap seorang wali yang keramat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa ia pernah mendatangi seorang guru untuk mempelajari suatu ilmu. Tanpa basa-basi sang guru mengatakan kepadanya, “Engkau mendapatkan ilmu dan petunjuk beramal dariku? Ketahuilah, sesungguhnya engkau adalah salah seorang guru ilmu-ilmu tentang dunia dan ilmu-ilmu tentang akhirat yang terbesar.” Kemudian pada suatu waktu, ketika ingin menanyakan tentang Ismul A’zam kepada gurunya, seketika ada seorang anak kecil datang kepadanya, “Mengapa engkau ingin menanyakan tentang Ismul A’zam kepada gurumu? Bukankah engkau tahu bahwa Ismul A’zam itu adalah engkau sendiri?”

Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan:

a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat.

b. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain.

c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya.

d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.

e. Membaca shalawat minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.

7. Tarekat Tijaniyah

Pendiri Tarekat Tijaniyah ialah Abdul Abbas bin Muhammad bin Muchtar At-Tijani (1737-1738), seorang ulama Algeria yang lahir di ‘Ain Mahdi. Menurut sebuah riwayat, dari pihak bapaknya ia masih keturunan Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Keistimewaannya adalah pada saat ia berumur tujuh tahun, Konon Tijani sudah menghapal Alqur’an, kemudian mempelajari pengetahuan Islam yang lain, sehingga ia menjadi guru dalam usia belia.

Ketika naik haji di Madinah, Tijani berkenalan dengan Muhammad bin Abdul Karim As-Samman, pendiri Tarekat Sammaniyah. Setelah itu ia mulai mempelajari ilmu-ilmu rahasia batin. Gurunya yang lain dalam bidang Tarekat ini ialah Abu Samghun As-Shalasah. Dari sinilah pandangan batinnya mulai terasah. Bahkan konon dalam keadaan terjaga ia bertemu Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kepadanya beberapa wirid, istighfar dan shalawat yang masing-masing harus diucapkan seratus kali dalam sehari semalam. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan agar Tijani mengajarkan wirid-wirid tersebut kepada semua orang yang menghendakinya.

Wirid-wirid yang harus diamalkan dalam Tarekat Tijaniyah sangat sederhana, yaitu terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali dan tahlil seratus kali. Semua wirid tersebut boleh diamalkan dua waktu sehari yaitu pagi setelah Shalat Shubuh dan sore setelah Shalat Ashar.

Sumber Tulisan:

* Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam; Edisi Senior, Cetakan VIII, Penebar Salam, Jakarta, September 2000
* Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat; Kajian Historis tentang Mistik, Cetakan IX, Ramadhani, Solo, 1993

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

13 Responses to Jenis Tarekat

  1. LuGoblok berkata:

    Aku rasa baik mendalami ilmu yg ada ini saja dulu.yg ada ni pun tak terikut betul..lagi nak masuk tarikat yg tah pasti betul ke tidak.ada ke dgn berzikir sampai naik sheikh boleh guling2 atas bara api pulak.tau tak sedara cedok dari mana semua ni..ORG MAJUSI..berhati2 lah..org majusi mengamalkan satu pendekatan memuji api sehingga lupa diri dan boleh melakukan aksi hebat tersebut.ada ke nabi saw mengajar benda2 ni semua.nabi saw tak pernah jadi lupa/tak sedar ketika zikir,tak pernah taksub dgn sesuatu melainkan Allah,mengimbangi dunia dan akhirat..jadi ada ke dalam setiap tarekat tersebut ada elemen2 ini?saudara tau kah erti tarekat yg Allah maksudkan?..bukan lah tarekat yg manusia cipta ni,tapi tarekat atau jalan yg benar dan lurus kepada Allah dan Islam..ramai yg dah salah anggap pengertian tarekat sebenar.ada ke zaman nai saw,ketika zikir boleh palu gendang pulak sampai menjadi satu irama yg mengasyikkan?..sila jawab wahai tuan punya blog (aku rasa ko ni mmg suka cedok saja lah..tak teliti dulu sebelum bubuh dalam intri..men cedok sedap jer..akal lu taruk mana?)

    • kamu merupakan manusia yang berpegang pada syarak, bukan pada hakiakan , ilmu hakiakat dan ilmu syarak seiring tetapi manusia mengagungkan ilmu sayrak sehingga lupa akan ALLAH , jagan sesekali mengatakan ilmu ini sesat kearana ALLAH berhak menjadikan anda sesat dengan sekelip mata sesungguhnya mengutuk wali ALLAH atau Ajaran TArikat dari salah silah khalifah dituduh sebagai kafir,

    • alam berkata:

      yee saya setuju dengan saudara naim..kamu baru berpengetahuan syariat..jangan kamu memberi ulasan seperti itu..nabi menyuruh umatnya belajar lah dari buwayan sehingga ke lubang kubur..

  2. jalanakhirat berkata:

    Terima kaseh, kerana kamu adalah contoh anak haram yang terbaik yang dapat dijadikan contoh kepada pembaca komentar ini. di antara ciri ciri LuGoblok sebagai anak haram yang nyata adalah seperti berikut;

    1. memilik nama yang keji seperti LuGoblok untuk menonjolkan diri yang dilahirkan oleh kedua ibu bapanya sebagai anak haram.

    2. Suka mengejek dan mencaci orang lain kerana berangapan perasaan orang lain adalah sebusuk hati dan mulutnya.

    3. Mengalami sakit jiwa, tabu kepada pengetahuan seks dan ugama.

    4. Sekadar pandai mencaci, tapi tidak pernah terfikir untuk cuba membuat kebaikan, walau pun untuk dirinya atau kedua ibubapanya apatah lagi untuk orang lain.

    5. Sering berusaha untuk mendapat perhatian orang lain dengan kejahatan dan maksiat yang dilakukannya.

    PUNCA KELAHIRAN ANAK HARAM SEPERTI LuGoblok

    1. Kejahilan kedua ibubapanya tentang pengetahuan seks, mungkin akibat tabu seks. Maka perlakuan ibubapa LuGoblok bersetubuh untuk melahirkannya tidak lebih umpama binatang, tidak tahu bagaimana cara yang halal dan haram sehinggakan melahir anak haram seperti LuGoblok.

    2. Ibubapa LuGoblok membesarkannya dari sumber rezeki yang haram sehingga layak menjadi anak haram yang bernama LuGoblok.

    Weblog ini adalah sekadar mengumpulkan segala maklumat mengenai ugama. Oleh itu ianya sudah tentu tidak sesuai dilayari anak haram seperti LuGoblok.

    Wasalam.

    • mohd hadzri bin mahat berkata:

      assalammualaikum… x perlu bersengketa, kite same2 belajar, semoga allah memberi kite taufik dan hidayah nye.

  3. Banjoe berkata:

    APAKAH ITU TAREQAT…???

    Bermula ada pun itu Tareqat dari perkataan Tariqq, ertinya jalan kenaikan seperti tanazzul taraqqi turun naiknya Nafas kita itu. Fahamnya ada pun Tareqat itu jalan-jalan permulaan, bermula dari pembersihan hati dari satu maqam kesatu maqam, hingga kesatu destinasi dimana akan menyedarkan kita adanya rasa Kesatuan dgn Pencipta kita.

    Bermula maka dasarnya itu Tareqat seperti berkhaluatnya (bersuluk) Nabi Muhammad SAW selama 44 hari mengasingkan dari hiruk-piruknya urusan duniawi diGua Hiraq. Maka diGua Hiraq itulah turunnya itu Wahyu Pertama seperti dlm Surah Al-Alaq (Segumpal Darah): “Ikraq BismiRab Bukallazi Kholaq…” Ada diriwayatkan betapa gementarnya dan beratnya Nabi SAW tatakala menerima Wahyu Pertama itu, hinggakan Baginda SAW berpeloh.

    Sekembalinya Baginda SAW kerumahnya badannya kesejukan tetapi berpeloh. Lalu diselimuti oleh isterinya tercinta, Siti Khodijah. Ekoran dari peristiwa itu disusuli pula kaitannya dgn Surah Al-Muddathir : Ya Aiyuhai Muddathir – Wahai orang yg berselimut, bangunlah, sampaikanlah…” Maka disudahi pula dgn perjalanannya Nabi SAW tatakala peristiwa Israq dan Mikraj, dimana Nabi SAW menerima rahsia kesempurnaannya itu Solat.

    Maka dari peristiwa-peristiwa itulah antaranya terbitnya itu jalan-jalannya Tareqat, seperti perjalanannya itu Nabi SAW. Dari kerana Baginda SAW itulah satu-satunya idola contah terbaik yg wajib kita ikuti. Makanya dari Nabi SAW itu, jalan-jalannya yg pertama-tama diajarkannya kepada keluarganya yg lajimnya disebut “Ahlul Bait”. Maka dinamakan ianya “Tareqat Tidak Bernama”, kerana tatakala itu nggak tahu mahu diberikan jalan tareqatnya itu namanya apa.

    Maka kepada Para Sahabat itu pula Baginda SAW mengajarkannya juga. Masa dan jaman silih berganti, maka Para sahabat mengajarkannya pula kepada rakyat jelata. Kerana Para Sahabat itu ramai, maka terbitnya “Tareqat-Tareqat Yg Bernama” yg banyak itu. Maka diberikan pelbagai nama kerana mengambil sempena nama pengasasnya itu. Namun kedua-dua Tareqat itu dasar keilmuannya tetap dari “Bapak Induk” dan “Payung Yg Satu”. Yaitu pembawaan “Syariat Muhammad” dan “Hakeqat Muhammad” seiring dan sejalan menuju destinasi perhentian….

    Maka kepada bapak LuGoblok sewajarnya nggak ngomongan sembarangan. Jangan samakan jala-jalan Tareqat Para Sufi Islam itu dgn orang Majusi Penyembah Api itu. Ada pun pukulan gendang ato tarian berpusing sesetengah Ahli Sufi seperti diTurki ato diIran itu semata-mata riadah, ato laen-laen itu, peringkat awalan. Irama dan tarian itu cumaan sebagai tarikan jasbah dari ingatan yg laen, bagi menerbitkan rasa kerinduan kepada Sang Pencipta. Dasar dan pohonnya pelbagai Tareqat itu adalah sama, cumaan ranting-rantingnya aja yg berbeda-beda.

    Oleh itu jangan sekali-kali kita merendahkan perjalannan Tareqat orang laen itu, kerana hanya Jauhari itu jua yg mengerti menilai mutunya itu Maknikam. Memang yg diserukan itu : “Ihdinassiro Talmustaqim” – Jalan loros. Namun nggak bisa ketemu itu jalan loros kalo nggak dimulai dgn jalannya itu bengkang-bengkok. Nggak bisa ketemu itu jalan pintas kalo nggak dimulai dgn jalan panjang yg berliku-liku.

    Setakat inilah aja yg mampu kami paparkan. Kami yg hanya seperti sebutir debu digurun sahara, juga nggak sunyi dari kesilapan, jika salah mohon bimbingkan. Kepada bapak ampunya blok, mohon ijin numpang lalu dibumi bapak. Kami yg hanya Newbie yg baru mencari itunya jalan, menyusun jari nan sepuluh, mohon ampon dan maaf, koq kami juga tersalah tafsir terbabas jalan.

    Wallahu’alam…..

    Sekian, Wassalam….

    ________Ngacir

  4. jalanakhirat berkata:

    Waalaikumusalam

    Saudara Mohd Hadzri, maafkan saya mengenai jawapan komentar kepada LuGoblok. Buat pengetahuan saudara amalan LuGoblok adalah menulis komentar untuk mencaci. Banyak cacian daripadanya yang terdapat di weblog saya sebelum ini.

    Terima kaseh salam hormat.

  5. Ziah berkata:

    Terimakash. Memang sebener tarekat itu tdak boleh kita remeh kan.

  6. Insan Hina berkata:

    Assalamualaikum…

    Segala puji – pujian pada Allah yang menjadikan sekelian alam ini..

    Pada saudara / saudari LuGoblok, jangan la menghina atau mencaci sesuatu ilmu itu sebelum diketahui menfaatnya. Janganlah menghina Ilmu Tarekat itu..kerana tiada kesempurnaan dalam mengerjakan perintah Allah Taala tanpa mempelajari Ilmu Tasauf/Tarekat.

    Saudara / saudari LuGoblok, ingatlah 4 perkara ini, Iman, Islam, Tauhid, Makrifat.

    Adakah saudara / saudari LuGoblok tidak pernah mendengar ungkapan ini “Awal ugama itu mengenal Allah” (Awaluddin Makrifatullah).

    Kalau anda tidak pernah dengar, maka carilah ahlinya, dapatkan penjelasan kerana setiap yang berlaku ada sebabnya, ada puncanya.

    Mudah – mudahan dengan izin Allah Taala,dimasukkan hidayah untuk anda belajar ilmu ini. Insyaalah…

  7. Kutipan kecilku berkata:

    Postingan yang luar biasa…terima kasih banyak atas infonya…

  8. manusia di gurun berkata:

    jalan menuju Allah bermacam macam….pilih yg betul….usah berkelahi….

  9. eypat prang berkata:

    Aslamulaikum..jgnlah anggap diri kita bagus..sendagkan kita masih belajar..syariat..tariakat..hakikat.makrifat..mri kita menuju kejayaan jgn la kita lalai melayan jalan berliku seprti ini mencaci sesama kita sedangkan kita mnumpang hidup untuk kembali kepada peciptakita Allah..SWT manusia dijadikan dri segumpal darah jaga la nafas kita untuk mennyucikan segumpal darah itu..bertanya lagi baik dri mencaci… asalamulaikum..

  10. Darwis berkata:

    Thoriqoh atau jalan akhirat ,,,,saya hanya tambahin sedikit lewat jalan aja banyak yang belum sampai apa lagi nggak tahu jalan ….syariat saja kurang toriqoh saja kelewatan,,,,jadi syariat,tariqat, untu hakekat harus dijalankan agar makrifat…..

    Maafkan bila kata salah luruskan para yai2

Tinggalkan komen