Syeikh Bahauddin Naksyabandi



Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai kehidupannya. Ini tidaklah mengherankan, karena semasa hidupnya, ia melarang para pengikutnya untuk mencatat segala perilaku maupun ucapan-ucapannya. Banyak tulisan dirangkai setelah ia wafat.

Syeikh Bahauddin dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat di mana ia wafat pada tahun 1389. Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di dekatnya, Transoxiana. Ini dilakukan untuk menjaga prinsip “melakukan perjalanan di dalam negeri”, yang merupakan salah satu bentuk “laku” seperti yang ditulis oleh Omar Ali-Shah dalam bukunya “Ajaran atau Rahasia dari Tariqat Naqsyabandi”. Perjalanan jauh yang dilakukannya hanya pada waktu ia menjalankan ibadah haji dua kali.

Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya dalam jalur ini, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Kulal, yang merupakan rantai terakhir dalam silsilah sebelum Bahauddin. Bahauddin mendapat latihan dasar dalam jalur ini dari Amir Kulal, yang juga merupakan sahabat dekatnya selama bertahun-tahun.

Pada suatu saat, Bahauddin mendapat instruksi secara “ruhani” oleh Abdul Khaliq Gajadwani (yang telah meninggal secara jasmani) untuk melakukan dzikir secara hening (tanpa suara). Meskipun Amir Kulal adalah keturunan spiritual dari Abdul Khaliq, Amir Kulal mempraktekkan dzikir yang dilakukan dengan bersuara. Setelah mendapat petunjuk mengenai dzikir diam tersebut, Bahauddin lantas absen dari kelompok ketika mereka mengadakan dzikir bersuara.

Pisahnya Bahauddin dari lingkaran kelompok Amir Kulal ini mungkin bisa dianggap sebagai penanda terwujudnya tariqat Naqsyabandi, yang ajarannya didapat dari Abdul Khaliq, yang ujungnya berasal dari Khalifah Abu Bakar diperoleh dari Nabi Muhammad.

Syeikh Bahauddin Naksyabandi wafat dan dimakamkan di desa asalnya pada tahun 1389. Makamnya merupakan tempat yang banyak dikunjungi peziarah di Bukhara.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

11 Responses to Syeikh Bahauddin Naksyabandi

  1. hadieko berkata:

    bang ni foto bahauddin naqsyabandiyah bukan lukisan? apa foto aslinya?dari penemuan foto dari sampai sekarang da 150 th..jd gambar itu buhong bang atau imajenasi pelukis aja…

  2. hadieko berkata:

    apa abang pernah dihadiri bahauddin naqsyabandiyah?

  3. hadieko berkata:

    bang apakah pernah bahauddin naqsyabandiyah hadir dalam mimpi abang ?

  4. jalanakhirat berkata:

    Jika inginkan semua jawapan tersebut mudah saja, amalkanlah tarkat Naksyahbandi.

  5. nata muhammad berkata:

    ILLAHI ANTA MAKSUDI WARHIDOKA MATLUBI

  6. abdul Rahim Aliy berkata:

    Bahauddin Naqsyabandi adalah pembawa tariqoh yang mu’tabaroh dan mengajarkan dzikir-dzikir yang baik untuk kepentingan /penyucian batin. Apakan saudara mempunyai biografinya yang lebih lengkap ?

  7. mus mulyadi berkata:

    assalamu alaikom wr wb,
    kenal kan saya se orang pemuda yang fanatik tentang sheh saya nak tanyak apa yang di maksud naksyabandi

  8. yoyokabon berkata:

    assalamualaikum…….saya menjadi binggung yang saya ziarai kemaren kan syeh baha uddin…..tapi makamnya di pekanbaru pasir pangaraian…ini gimana yang betul tolong penjelasanya yang jelas…….

  9. dodi sobri berkata:

    apakah.. tuan paduka syeikh bahauddin, yang terbang ke makkah naik pelepah kelapa..??? turunannya arifah binti yahya…

  10. Azalea huda berkata:

    alhamdulillah, kita bersaudara dalam aliran tarekat

Tinggalkan Jawapan kepada nata muhammad Batal balasan